Sat. Jul 27th, 2024

Oleh Bung Syarif*

Tgk. Muhammad Daud Zamzami (Abu Daud Zamzami) adalah sosok intelektual muslim, lulusan Dayah Darussalam Al Waliyah, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Ulama yang memiliki pergaulan yang luas dan memiliki gaya komunikasi majik. Sifat ramah, santun, lembut dan bersahaja tegas dalam mengambil sikap berkaitan dengan Implementasi Syariat Islam. Lahir pada tahun 1935 di gampong Bada, Lambaro Kafe, Aceh Besar, putra pasangan Teungku Zamzami bin Teungku Cut dalam dengan Umi Zainabah.

Saat kecil Abu Daud Zamzami terbiasa dengan budaya dayah (pesantren). Ayahnya bernama Teungku Zamzami bin Teungku Cut Dalam bin Cut Ismail, berasal dari gampong Lamtengoh. Selaian mengenyam pendidikan dayah, Abu Daud Zamzami masa kecil mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1942, dimana kala itu Aceh berada dalam jajahan jepang, sehingga sekolah yang ada di Aceh dan Indonesia diajari bahasa Jepang sebagai bahasa pengantarnya. Kala kecil Abu Daud Zamzami sangat pasih berbahasa Jepang.

Abu Daud Zamzami masa kecil haus akan ilmu agama, ia belajar dari satu dayah kedayah  yang lain sebut saja; Dayah Lam Seunong, Kuta Baro, Aceh Besar, Dayah Tgk. Hasan Krueng  Kale (yang kini menjadi dayah Darul Ihsan Tgk,. Hasan Krueng Kale, Aceh Besar) dan akhirnya mendalami ilmu agama di Dayah Darussalam Al Waliyah, Labuhan Haji, Aceh Selatan pada tahun 1953.

Saat mengeyam pendidikan di Dayah Darussalam Al Waliyah yang dipimpin Syech H. Muda Waly. Abu Daud Zamzami mulai mendalami berbagai disiplin ilmu secara mendetail yaitu; ilmu tauhid, fikih, ushul fiqih, tasawuf, mantik, Bahasa Arab. Abu Daud Zamzami juga mendalami takhasus metodelogi pembelajaran pada Syech H. Muda Waly. Dalam pratek pembelajaran metodelogi biasa Syech H. Muda Waly mendudukan muridnya (yang pinter-pinter) dalam sebuah ruangan dan melempar pertanyaan/permasalahan untuk dipecahkan bersama-sama. Kajian diskusi hidup didayah. Berdasarkan literasi Abu Daud Zamzami belajar lebih kurang 7 Tahun di Dayah Darussalam Al Waliyah (1953-1960). Pernah menjadi guru di Dayah Darussalam Al Waliyah, Labuhan Haji yang akhirnya beliau merintis dan mengembangkan dayah di kampung halamannya, Aceh Besar.

Dayah Riyadhussalihin sejak Tahun 1962 resmi dipimpin Abu Daud Zamzami, beliau juga aktif memberikan kajian di berbagai tempat dan gampong seluruh Aceh. Dayah yang dipimpin Abu Daud Zamzami kini semakin berkembang, hingga akhir hanyatnya. Beliau kurang lebih memimpin dayah selama 59 tahun. Semasa hidupnya beliau juga aktiv sebagai Pimpinan Dayah Terpadu Inshafuddin Banda Aceh, Ketua PB  Inshafuddin Aceh, Ketua Perti Aceh, Ketua MPU Aceh. Dibawah kepemimpinannya pula PB Inshafuddin Aceh dikenal go nasional bahkan internasional. Keluesan dan kesantunan komunikasinya Abu Daud Zamzami disegani dan dihormati elit nasional mulai Presiden Jenderal TNI Soeharto hingga Jenderal TNI Prof Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, MA (SBY).

Keluasam Ilmu Abu Daud Zamzami juga diakui oleh Prof Yusni Saby, Ph.D mantan Rektor IAIN/UIN Ar-Raniry. Inshafuddin besar dan dikenal publik karna jasa Abu Daud Zamzami. Beliau Intelektual Muslim, autentik dayah. PB Inshafuddin dulunya sangat konsern melakukan kajian seputar problem bangsa, isu aktual keagamaan, pendidikan, sosial ekonomi, hingga politik.

Yusni Saby membaca gestur Abu Daud Zamzami sangat terbuka dan mampu menyatukan pandangan ulama dayah se Aceh kala itu. Beliau juga pernah menjadi Anggorta DPRD Aceh dan DPR-RI, membuktikan ulama dulu tidak alergi dalam perpolitikan nasional. Gagasan beliau selalu menjadi pemantik kebijakan daerah dan nasional. Kini beliau sudah tiada, tentu kita menginginkan lahirnya Abu Daud Zamzami gaya baru. Semoga Allah memasukkan guru rohani kami pada syurga-Nya, Amin Ya Rabbal Alamin

*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Wali Santri Dayah Terpadu Inshafuddin, Mantan Aktivis`98, Fungsionaris KAHMI Aceh, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I

By fmla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *