Sat. Jul 27th, 2024

Oleh Azwir Nazar*

Dalam sambutannya pada saat pelantikan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Iskada, 28 Oktober 2022 di Banda Aceh lalu, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki menyampaikan arahan akan pentingnya Iskada mengikuti perkembangan zaman.

Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA) yang telah berusia setengah abad menjadi salah satu organisasi ‘tua’ di Aceh. Kelahiran Iskada yang diinisiasi oleh para ulama dan tokoh Aceh sangat penting untuk ditulis dengan tinta emas sejarah. Betapa tidak, pada era 1970-an, kondisi generasi muda Aceh sedang mengalami degradasi moral cukup parah. Pengaruh budaya luar yang merusak seperti brosur pornografi, tawuran antar pelajar, dan kenakalan remaja sangat marak merasuki generasi muda.

Kerisauan para orang tua masa itu telah sampai di telinga kaum ulama dan tokoh Aceh terutama yang berada di Kutaradja. Melalui Latihan Pidato Darussalam (LAPIDA), mulailah di rekrut para siswa teladan dan berprestasi di sekolah sekolah untuk dilatih menjadi kader muballigh/ah. Selanjutnya tiap sekolah SMA/SMK dipilih 5 siswa terbaik untuk dilatih menjadi dai muda. Para siswa teladan yang berjumlah 65 orang tersebut dibina selama setahun di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Setelah dirasakan manfaat luar biasa, muncullah ikhtiar dan inisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga dakwah islamiyah yang bernama Iskada hingga saat ini.

Kelahiran Iskada berangkat dari sebuah tonggak sejarah penting akan kekhawatiran para ulama dan orang tua Aceh terhadap nasib dan masa depan generasi muda. Makanya sejak tahun 1970-an, Iskada yang lahir dari rahim ulama dan tokoh Aceh ini senantiasa berpusat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai ikon dan spirit dakwah Islamiyah di Asia Tenggara.

Sejarah mencatat beberapa tokoh penting kelahiran Iskada diantaranya Prof Tgk H Aly Hasyimy (Gubernur Aceh), Tgk H Abdullah Ujong Rimba (Ketua MUI Aceh), Drs Tgk H A Rahman Kaoy (Tokoh Adat/Sejarah), Drs Tgk H Sofyan Hamzah (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman), dan Drs Tgk H Zaini Bakri (Bupati Aceh Besar pertama). Tokoh 5 serangkai ini menjadi lokomotif lahirnya gagasan besar untuk membina generasi islam Aceh supaya selamat dan sukses dunia akhirat.

Para ulama dan tokoh Aceh tersebut mendedikasikan Iskada untuk membina, melaksanakan dan mengembangkan dakwah Islamiyah. Sebelumnya cikal bakal kelahiran Iskada berawal dari pembinaan secara khusus para siswa berprestasi oleh Lembaga Dakwah Dewan Mahasiswa IAIN Ar-Raniry (LDDMI) Banda Aceh pada periode 1969-1972 dengan tujuan pokok melaksanakan “Amar Makruf Nahi Mungkar “ sehingga wawasan dan komitmen Iskada bersifat universal dan rahmatan lil’alamin.

Baru pada 1 Muharam 1393 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1973 M menjadi momentum lahirnya Iskada secara resmi yang memiliki cita cita untuk menjalankan misi dakwah.

Makanya bila baru baru ini terbitnya Surat Edaran (SE) Gubernur No 451/11286 tentang Penguatan dan Peningkatan Pelaksanaan Syariat Islam bagi ASN dan masyarakat harus ditindaklanjuti dengan aksi kongkrit dan pembinaan terus menerus di lapangan. Generasi Emas 2045 yang ingin dicapai oleh Pemerintah tetaplah harus memiliki karakteristik Islam, di tengah jepitan pengaruh globalisasi dan media sosial yang sulit dibendung. Terutama generasi Aceh sebagai daerah pelaksanaan Syariat Islam.

Tentu dalam hal ini, dibutuhkan beberapa strategi. Pertama, perlunya keteladanan para pemimpin di Aceh. Para pemimpin (Pj) Gubernur atau Bupati dan jajaran dibawahnya harus menjadi garda terdepan perbaikan akhlak dan pelaksanaan syariat Islam dalam segala aspek. Jangan hanya menuntut atau menyalahkan publik. Kini masyarakat membutuhkan contoh dan panutan untuk diikuti.

Kedua, dukungan dan keberpihakan anggaran pada dinas atau instansi yang menjadi ujung tombak pelaksanaan Syariat, seperti Dinas Syariat Islam, dan Wilayatul Hisbah. Sejauh mana pemerintah baik eksekutif maupun legislatif memiliki komitmen untuk alokasi anggaran yang maksimal bagi instansi diatas atau yang terkait.

Ketiga, adanya kolaborasi dan sinergisasi dengan OKP/Ormas Islam untuk mewujudkan cita cita mulia tersebut. Tantangan dakwah yang begitu dinamis tak dapat dipungkiri memerlukan kerjasama semua stakeholder. Era tehnologi dan globalisasi telah mempengaruhi segala sisi kehidupan. Perubahan prilaku dan kebiasaan masyarakat berlangsung begitu cepat. Kita perlu lebih banyak bergandeng tangan untuk membina dan merangkul generasi muda menjadi lebih baik dan produktif.

Untuk itu dalam 50 tahun pengabdian dan perjuangan jalan dakwah Iskada, kita kembali teringat kerisauan para ulama dan orang tua kita dahulu untuk terus menerus dan senantiasa kita berikhtiar menjaga generasi Islam ini tetap menjadi generasi qurani yang sehat lahir batinnya serta menjadi penerus risalah dakwah Islamiyah di bumi Aceh yang tercinta.

*Penulis adalah Tgk Turki, Ketum DPP ISKADA Aceh periode 2022-2027

Top of Form

By fmla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *