Wed. Dec 11th, 2024

Oleh Bung Syarif*

Kemengan T. Sama Indra-Kamarsyah (SAKA) sebagai Bupati Aceh Selatan Peride 2013-2018 menjadi babak baru dalam pusaran pembangunan Aceh Selatan. Kalkulasi politik Kemenangan SAKA sebesar 30, 39% menandakan modal sosial dan modal politik yang luar biasa. Ini tentu berkat kerja keras Timses dan mendapat respon positif masyarakat Aceh Selatan yang cukup merata.

T. Sama Indra, bukanlah wajah baru dalam pusaran Kota Naga. Beliau Putra Meukek yang lama berkecimpung di Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang kini berubah menjadi Bank Aceh Syariah. Sosok Mantan Direktur Bank ini, memang sudah cukup piawai dalam dunia perbankan dan hampir dipastikan tidak bersentuhan dengan dunia politik praktis apa lagi birokrat. Suara keheningan dan kegembiraan seluruh komponen Warga Aceh Selatan khusunya Warga Meukek di saat Gubernur Aceh Abu Doto panggilan dr. Zaini, melantiknya pada tanggal 22 April 2013. Program unggulan SAKA, saat pidato politiknya adalah Saweu Sikula, Pemenuhan Sapras berkeadilan terutama Rumah Sekolah, Jalan, Puskesmas serta Pemberdayaan Ekonomi.

Membangun Aceh Selatan tidak mudah, karna kondisinya Pemkab Asel mengalami kebanggkrutan ungkap SAKA. Walau demikian Aceh Selatan harus bangkit dari ketertinggalan. Kurang lebih 34 Milyar Hutang, harus kami lunasi. Inilah pidato beliau yang sempat saya simak disaat pertemuan dengan Tokoh/Masyarakat Aceh Selatan di Banda Aceh yang digagas oleh Pemuda Aceh Selatan (PAS), Sabtu 8 Agustus 2015 di Taman Ratu Safiatuddin.

Tahun pertama adalah tahun-tahun yang sulit dalam membangun Aceh Selatan. Karena harus melunasi utang yang luar biasa. Carut marut pengelolaan Birokrasi masa lalu, membuat SAKA harus bekerja keras melakukan lobi kepusat dan Propinsi. Mobilitas komunikasi antar daerah baik lintas Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah strategi SAKA dalam membangun Kota Naga yang kini menjadi harapan Rakyat. Tentu seorang pemimpin harus bekerja cerdas dan tuntas dalam membawa arah perubahan. Akhirnya Impian SAKA dalam menata Birokrasi di Aceh Selatan menuai hasil. Setidaknya Opini WTP Perdana di Tahun 2015 membuktikan ini starting point dalam membawa haluan baru Aceh Selatan menuju kebaikan. Pasca Konflik kondisi Pemkab Aceh Selatan carut maruk. Tata Kelola Keuangan Pemerintahan Amburadul yang diwariskan kepada SAKA. Sistem birokrasinya tidak berjalan sebagaimana diharapkan.

Selaku Putra Aceh Selatan miris melihat situasi ini. Pembangunan Aceh Selatan kala itu sangat tertinggal. Akan tetapi lewat sentuhan tangan SAKA, pembangunan semakin baik. Jalan-jalan semakin mulus. Pembangunan Inprastruktur terutama Rumah Sekolah, Puskesmas dan Rumah Sakit semakin menggeliat. Daerah terisolir (buloh suma) kini semakin bersinar. Inilah yang disebut, habis gelap terbitlah terang.

Beberapa objek Wisata dipercantik, marka jalan di tata semakin menawan. Icon Kota diperkaya dengan berbagai bagunan yang menawan. Jalan-Jalan Gampong menuju Akses Lahan pertanian masyarakat dibuat, sehingga memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktifitas pertaniaanya. Setidaknya inilah pengalaman penulis dihari libur melakukan road show atawa Safari mengintip kemajuan Aceh Selatan.

Tentu semua ini berkat dukungan banyak pihak terutama dukungan Legislatif dalam memuluskan mimpinya sang pemimpin.

Politik Incumbent

Periode kedua T. Sama Indra tumbang dalam pilkada 2018. Rival politiknya H. Azwir yang berpasangan dengan Tgk. Amran. Kegagalan Incumbent dalam pilkada 2018 dilatarbelakangi Timses utama T, Sama Indra beralih dukungan pada Azwir yang juga putra meukek. Dalam pewayangan politik, tak ada teman abadi yang ada kepentingan sejati. Padahal kalau mau jujur lewat sentuhan Saman Indra Aceh Selatan semakin bersinar. Berbagai komitmen kenegaraan sudah ditunaikan dengan baik. Pembangunan Aceh Selatan semakin bergelora. Tapi apa daya, sang incumbent tumbang. Kemenangan Azwir-Tgk Amran disambut gegap gempita. Azwir kemudian menjadi Bupati Aceh selatan periode 2018-2023. Kurang lebih satu tahun menjadi Bupati Aceh Selatan, 2 Desember 2019, Azwir meninggal dunia dan dilanjutkan oleh Wakilnya sebagai  Bupati Aceh Selatan sisa masa jabatan 2018-2023.

Dalam kepemimpinannya Tgk. Amran bergerak sendiri tanpa didampingi Wakil Bupati. Hampir tidak ada progres pembangunan yang siknifikan, sepertinya janji politiknya tinggal kenangan, tidak ada pembangunan yang prestisius. Tanpa dentingan legecy aduhai. Lantas saya berpikir saatnya gisa bak punca memproyeksikan kembali T.Saman Indra untuk masuk Istana guna memimpin Aceh Selatan.

Pasca T. Sama Indra tumbang sebagai Bupati Aceh Selatan periode kedua, ia menjadi politisi berlambang mercy dan kini menjadi Anggota DPRA, tergabung dalam Praksi Partai Demokrat Aceh, partai yang dipimpin AHY dilevel nasional. Satu kelemahan T. Sama Indra, jarang minum kopi bareng bersama tokoh pemuda, ulama, para aktivis dan terlalu kaku dalam memimpin. Gaya kepemimpinannya harus dirobah jika ingin maju lagi dalam Pilkada. Saatnya merajut kembali ukhwah, bagun silaturrahmi dan ajak para aktivis, pemuda dan tokoh agama minum kopi sambil bincang-bincang santai. Karna para politisi dan negarawan jika jarang minum kopi, minum tehpun jadi so sambil makan bareng dengan kuliner nusantara. Karna di meja makan semua terselesaikan dengan lancar, hehe.

Penulis adalah Putra Aceh Selatan berkhitmad jadi ASN Kota Banda Aceh, Mantan Aktivis 98, Fungsionaris KAHMI Aceh, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Fungsionaris DPD KNPI Aceh

By fmla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *