Fri. Jul 26th, 2024

Oleh Bung Syarif*

Prof. Dr. Azman Ismail, Lc, MA dilahirkan di Desa Blang Cut Lueng Bata, 14 April 1952. Azman kecil adalah sosok anak yang cerdas, diasuh oleh Ayah dan Bunda yang `alim dalam bidang agama. Tgk. Ismail Ahmad adalah sosok ayahanda yang luar biasa. Berprofesi sebagai penghulu dan Imum Syik Masjid Lueng Bata, hidup sederhana. Sementara Ibunya bernama Asma Mahmud seorang yang fasih dalam berbahasa Arab, karna belajar agama pada orang Arab dan tingal di Blang Cut. Ibu Azman Ismail juga sangat lancar membaca kitab Arab Jawo. Sejak kecil Azman Ismail diajarkan bahasa Arab, oleh Ibunya.

Sejak kecil Azman Ismail dibesarkan oleh keluarga yang taat beragama. Azman Ismail memiliki dua adik, satu laki-laki dan satu perempuan, yang laki-laki bernama Muzakir Ismail yang mengenyam pendidikan Magister di Amerika Serikat dan perempuan bernama Zaidar Ismail yang berprofesi sebagai guru bahasa Arab di salah satu SMA di Banda Aceh.

Semasa kecil Azman Ismail didaftarkan pada Sekolah Rendah Islam (SRI), Sukadamai Lueng Bata sekarang dikenal dengan MIN 3 Kota Banda Aceh, kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Islam (SMI) sekarang dikenal dengan MTsN Model Banda Aceh dan kemudian melanjutkan kejenjang Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) kini dikenal MAN Model, tamat Tahun 1971.

Pada Tahun 1971 Azman Ismail melanjutkan studinya di Fakutas Tarbiyah kosentrasi Bahasa Arab sesuai harapan dan keinginan Ayahandanya dan gurunya Tgk. Muhammad Hasan. Ayahnya bercita-cita kelak Azman Ismail menjadi Ilmuan seperti Imam Al-Ghazali yang dikenal gemar mengembara keilmuan. Karna itulah Ayahnya selalu berdoa agar kelak anaknya memiliki Ilmu yang luas dalam bidang Agama. Untuk mewujudkan mimpinya Ayahnya mencari guru Agama untuk anaknya yaitu Tgk. Ahmad Pantee dalam mendalami Ilmu Al-Qur`an. Tgk Ahmad Pantee merupakan sosok ulama yang Ahli dibidang Tafsir Al-Qur`an, memiliki Akhlak yang terpuji dan dekat dengan Allah (gemar beribadah).

Setelah lulus dari IAIN Ar-Raniry pada Tahun 1974 Azman Ismail meraih gelar sarjana muda dengan titel BA (Barchelor of Art) dari Fakultas Tarbiyah. Azman Ismail diterima sebagai ASN Kamentrian Agama Provinsi Aceh dengan statusnya sebagai guru bahasa Arab karna belum bergelar sarjana penuh dan di tempatkan di MAN 1 Banda Aceh.

Akhirnya Azman Ismail melanjutkan Sarjananya hingga doktoral di Al Azhar- Kairo, Mesir. Awal yang baik baginya untuk menimba ilmu di Al Azhar. Di Kairo, Mesir Azman Ismail memilih jurusan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin. Gelar sarjana diraihnya di Tahun 1982 dengan gelar Lc (Licence).

Belajar di Kairo tentu sangat berat kala itu. Setiap matakuliah memiliki literatur khusus yang ditulis oleh pengampu semacam diktat yang wajib dikuasai semua saat ujian. Jika satu modul saja tidak lulus maka diangap tidak bisa naik tingkatannya alias tidak lulus. Mahasiswa dituntut untuk memahami dengan sempurna seluruh diktat yang ditulis Syech Mesir (dosen pengampuh bidang studi).

Bisa dibayangkan bagaimana kecerdasan Azman Ismail ia mampu menyelesaikan studinya di Mesir dengan mulus mulai jenjang Sarjana hingga doktoral (S3). Layak dan pantaslah beliau dinobatkan sebagai Pakar Tafsir Al-Qur`an. Kecerdasannya sungguh luar biasa. Dialek Arabnya fasih seperti dialek orang Arab Asli. Salah seorang dosen yang paling ia gandrungi di Mesir adalah Prof. Dr. Mustafa Imam, MA pengampun mata kuliah tata bahasa.

Lebih dari 10 Tahun Azman Ismail bermukim di Mesir selama studi (S1-S3), kala itu sangat langka putra Aceh yang mampu melanjutkan Studinya di Mesir, Kairo. Pulang dari Kairo Azman Ismail langsung mengabdi di IAIN/UIN Ar-Raniry serta dipercayakan sebagai Ketua Jurusan Sastra Arab di Fakultas Adab. Hingga karirnya semakin melejit di kampus Hijau, Serambi Mekkah. Semasa beliau studi di Mesir, kepemimpinan Al Azhar di Tahun 1979 dikenal dengan Grand Syeikh diantaranya Grand Syeikh Muhammad Abdurrahman Bisar, Grand Syeikh Muhammad Sayyid Tantawy. Azman Ismail salah seorang mahasiswa yang digadrungi oleh dosen senior dan Grand Syeikh Al Azhar, Kairo-Mesir.

Azman Ismail salah seorang yang berjasa dalam mendirikan Dayah Terpadu Inshafuddin (DTI), 17 Juli 1998 bersama Tim Empat Belas. Beliau juga kini menjabat sebagai Imam Besar Masjid Raja Baiturrahman Banda Aceh yang kini nomenklaturnya berubah menjadi Masjid Rayah Baiturrahman Aceh. Selama beliau menjadi Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Masjid yang menjadi icon Aceh dan Masjid yang digandrungi pelancong dunia. Beliau seringkali mondar-mandir Arab Saudi diundang oleh kerajaan Arab Saudi.

Beliau juga penceramah tetap Masji Raya Baiturrahman mengampuh Halaqah Tafsir Al-Qur`an. Beliau juga salah seorang pelatih dan dewan Hakim MTQ Provinsi Aceh dan Nasional untuk cabang Hifzhul Qur`an dan Tafsir Al-Qur`an. Beliau juga salah satu lulusan Doktor terbaik Al Azhar. Kemampuan bahasa Arab dan Tafsir Al-Qur`annya sungguh luar biasa. Krue semangat sudah sepantasnya Dayah Terpadu Inshafuddin (DTI) menganugerahkan “tanda jasa” bagi Prof. Dr. Azman Ismail, Lc, MA di Milad Ke-25 DTI. Salah seorang tokoh pendiri DTI yang kini telah senja. Akan tetapi masih sangat energik. Semoga Ayahanda Prof Dr. Azman Ismail, Lc, MA senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

*Penulis adalah Ketua Komite DTI, Mantan Ketua Umum Remaja Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Mantan Aktivis`98, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I

By fmla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *